KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT
atas semua rahmat dan hidayah serta perlindungan yang diberikan-Nya sehingga
makalah ini dapat di selesaikan. Tak lupa Sholawat dan salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kami nantikan syafaatNya
dan yang selalu menerangi dunia ini dengan cahaya Islam.
Makalah yang berjudul “Sumber dan
asal-usul aklak tasawuf” ini kami susun untuk memenuhi tugas diskusi mata
kuliah Fiqih dan Pembelajarannya.
Tentu suksesnya hasil makalah ini
berkat bimbingan dari semua pihak yang membantu kami selama pembuatan makalah
ini.Dengan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Allah
SWT, yang telah memberikan kami karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
2.
Orang tua kami yang senantiasa memberi kami
doa dan dukungan.
3.
Ibu Lathifatul izzah,m.ag selaku pengampu dan pembimbing kami pada mata kuliah akhak tasawauf dan Pembelajarannya.
4.
Teman-teman
serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Penyusun
menyadari, bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, semoga
kedepannya bisa lebih baik lagi.
Semoga
bimbingan dan kebaikan yang telah diberikan kepada kami akan mendapatkan ridho
dari Allah SWT. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami semua dan umumnya bagi teman-teman yang membutuhkan.
Yogyakarta, Maret 2015
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tasawuf merupakan
salah satu aspek (esoteris) Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti
kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya.
Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak masa kehidupan rasulullah saw, namun
tasawuf sebagai ilmu keislaman adalah hasil kebudayaan islam sebagaimana
ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti fiqih dan ilmu tauhid. Pada masa rasulullah
belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu hanyalah sebutan
sahabat nabi
Benih – benih tasawuf
sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi SAW. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku
dan peristiwa dalam hidup, ibadah dan pribadi Nabi Muhammad SAW. Sebelum
diangkat menjadi Rasul, berhari –hari ia berkhalwat di gua Hira terutama pada
bulan Ramadhan. Disana Nabi banyak berdzikir bertafakur dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah. Pengasingan diri Nabi di gua Hira ini merupakan
acuan utama para sufi dalam melakukan khalwat. Sumber lain yang diacu
oleh para sufi adalahkehidupan para sahabat Nabi yang berkaitan dengan
keteduhan iman, ketaqwaan, kezuhudan dan budi pekerti luhur. Oleh sebab
itu setiap orang yang meneliti kehidupan kerohanian dalam Islam tidak dapat
mengabaikan kehidupan kerohanian para sahabat yang menumbuhkan kehidupan sufi
di abad – abad sesudahnya.
1.2. Tujuan
1.
Ingin
memberikan gambaran serta wawasan kepada
pembaca dan kepada penulis khusus
nya Mengenai ahlak tasawuf.
2.
Ingin
memberikan gambaran serta wawasan kepada pembaca dan kepada penulis khusus
nya mengenai ahlak tasawuf.
1.3.
Rumusan
masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf?
2. sejarah
perkembangan ahlak tasawuf ?
BAB II
LANDASAN TEORI
1.
Pengertian Tasawuf
Secara
ethimologi, tasawwuf berasal dari bahasa Arab yaitu kata
shuuf yang berarti bulu. Pada waktu itu para ahli tasawwuf memakai
pakaian dari bulu domba sebagai lambang merendahkan diri.
Sedangkan
secara terminology, para sufi dalam mendefinisikan tasawwuf itu sendiri sesuai
dengan pengalaman batin yang telah mereka rasakan masing-masing. Dan karena
dominannya ungkapan batin ini, maka menjadi beragamnya definisi yang ada.
Sehingga sulit mengemukakan definisi yang menyeluruh. Dari beberapa definisi
para sufi, Noer Iskandar mendefinisikan bahwa tasawwuf adalah kesadaran murni
(fitrah) yang mengarahkan jiwa yang benar kepada amal dalam rangka mendekatkan
diri kepada Allah sedekat mungkin
Para
lama Tasawuf berbeda cara memandang kegiatan Tasawuf, sehingga mereka
merumuskan definisinya juga berbeda. Ada beberapa definisi yang dikemukakan
para ahli antara lain :
1.
Imam al-Ghazaly
mengemukakan pendapat Abu Bakar al-Kattaany yang mengatakan :
“Tasawuf adalah budi pekerti;
barang siapa yang memberi bekal budi pekerti atasmu, berarti ia memberi bekal
atas dirimu dalam Tasawuf. Maka jiwa yang menerima (perintah) untuk beramal,
Karena sesungguhnya mereka melakukan suluk dengan Nur (petunjuk Islam). Dan
ahli zuhud yang jiwanya , menerima (perintah) untuk melakukan beberapa akhlaq
(terpuji) karena mereka telah melakukan suluk dengan Nur (petujuk) imannya.
2.
Asy-Syekh Muhammad Amin al-Qurdy, menyatakan:
‘Tasawuf adalah Suatu ilmu yang
dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara
membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat
yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju (keridhaan) Allah dan
meninggalkan (larangan-Nya) menuju kepada (perintah-Nya).
2.
Pengertian Zuhud
Zuhud
menurut para ahli sejarah tasawuf adalah fase yang mendahului tasawuf. Menurut
Harun Nasution, station yang terpenting bagi seorang calon sufi ialah zuhd
yaitu keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Sebelum menjadi sufi,
seorang calon harus terlebih dahulu menjadi zahid. Sesudah menjadi zahid,
barulah ia meningkat menjadi sufi. Dengan demikian tiap sufi ialah zahid,
tetapi sebaliknya tidak setiap zahid merupakan sufi.
Secara
etimologis, zuhud berarti raghaba ‘ansyai’in wa tarakahu, artinya tidak
tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya. Zahada fi al-dunya, berarti
mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah.
Zuhud
disini berarti tidak merasa bangga atas kemewahan dunia yang telah ada
ditangan, dan tidak merasa bersedih karena hilangnya kemewahan itu dari
tangannya. Bagi Abu Wafa al-Taftazani, zuhud itu bukanlah kependetaan atau
terputusnya kehidupan duniawi, akan tetapi merupakan hikmah pemahaman yang
membuat seseorang memiliki pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi itu.
Mereka tetap bekerja dan berusaha, akan tetapi kehidupan duniawi itu tidak
menguasai kecenderungan kalbunya dan tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya.
Lebih lanjut at-Taftazani menjelaskan bahwa zuhud adalah tidak bersyaratkan
kemiskinan. Bahkan terkadang seorang itu kaya, tapi disaat yang sama diapun
zahid. Ustman bin Affan dan Abdurrahman ibn Auf adalah para hartawan, tapi
keduanya adalah para zahid dengan harta yang mereka miliki.
Zuhud
merupakan salah satu maqam yang sangat penting dalam tasawuf. Hal ini dapat
dilihat dari pendapat ulama tasawuf yang senantiasa mencantumkan zuhud dalam
pembahasan tentang maqamat,meskipun dengan sistematika yang berbeda – beda.
Al-Ghazali menempatkan zuhud dalam sistematika : al-taubah, al-sabr, al-faqr,
al-zuhud, al-tawakkul, al-mahabbah, al-ma’rifah dan al-ridla. Al-Tusi
menempatkan zuhud dalamsistematika : al-taubah,al-wara’,al-zuhd, al-faqr,al-shabr,al-ridla,al-tawakkul,
dan al-ma’rifah. Sedangkan al-Qusyairi menempatkan zuhud dalam urutan maqam :
al-taubah,al-wara’,al-zuhud, al-tawakkul dan al-ridla.
Jalan
yang harus dilalui seorang sufi tidaklah licin dan dapat ditempuh dengan mudah.
Jalan itu sulit,dan untuk pindah dari maqam satu ke maqam yang lain menghendaki
usaha yang berat dan waktu yang bukan singkat, kadang – kadang seorang calon
sufi harus bertahun – tahun tinggal dalam satu maqam.
Benih
– benih tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi SAW. Hal ini dapat dilihat
dalam perilaku dan peristiwa dalam hidup, ibadah dan pribadi Nabi Muhammad SAW.
Sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari –hari ia berkhalwat di gua Hira
terutama pada bulan Ramadhan. Disana Nabi banyak berdzikir bertafakur dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah. Pengasingan diri Nabi di gua Hira ini merupakan
acuan utama para sufi dalam melakukan khalwat. Sumber lain yang diacu oleh para
sufi adalahkehidupan para sahabat Nabi yang berkaitan dengan keteduhan iman,
ketaqwaan, kezuhudan dan budi pekerti luhur. Oleh sebab itu setiap orang yang
meneliti kehidupan kerohanian dalam Islam tidak dapat mengabaikan kehidupan
kerohanian para sahabat yang menumbuhkan kehidupan sufi di abad – abad
sesudahnya.
Setelah
periode sahabat berlalu, muncul pula periode tabiin (sekitar abad ke I dan ke
II H). Pada masa itu kondisi sosial-politik sudah mulai berubah darimasa
sebelumnya. Konflik –konflik sosial politik yang bermula dari masa Usman bin
Affan berkepanjangan sampai masa – masa sesudahnya.Konflik politik tersebut
ternyata mempunyai dampak terhadap kehidupan beragama, yakni munculnya kelompok
kelompok Bani Umayyah,Syiah, Khawarij, dan Murjiah.
Pada
masa kekuasaan Bani Umayyah, kehidupan politik berubah total. Dengan sistem
pemerintahan monarki, khalifah – khalifah BaniUmayyah secara bebas berbuat
kezaliman – kezaliman, terutama terhadap kelompok Syiah, yakni kelompok lawan
politiknya yang paling gencar menentangnya.Puncak kekejaman mereka terlihat
jelas pada peristiwa terbunuhnya Husein bin Alibin Abi Thalib di Karbala. Kasus
pembunuhan itu ternyata mempunyai pengaruh yang besar dalam masyarakat Islam
ketika itu. Kekejaman Bani Umayyah yang tak henti – hentinya itu membuat
sekelompok penduduk Kufah merasa menyesal karena mereka telah mengkhianati
Husein dan memberikan dukungan kepada pihak yang melawan Husein. Mereka
menyebut kelompoknya itu dengan Tawwabun (kaum Tawabin). Untuk membersihkan
diri dari apa yang telah dilakukan, mereka mengisi kehidupan sepenuhnya dengan
beribadah. Gerakan kaumTawabin itu dipimpin oleh Mukhtar bin Ubaid as-Saqafi
yang terbunuh di Kufah pada tahun 68 H.
Suatu
kenyataan sejarah bahwa kelahiran tasawuf bermula dari gerakan zuhud dalam
Islam.Istilah tasawuf baru muncul pada pertengahan abad III Hijriyyah oleh Abu
Hasyim al-Kufy (w.250 H.) dengan meletakkan al-sufy di belakang namanya. Pada
masa ini para sufi telah ramai membicarakan konsep tasawuf yang sebelumnya
tidak dikenal.Jika pada akhir abad II ajaran sufi berupa kezuhudan, maka pada
abad ketiga ini orang sudah ramai membicarakan tentang lenyap dalam kecintaan
(fana fi mahbub), bersatu dalam kecintaan (ittihad fi mahbub), bertemu dengan
Tuhan (liqa’) dan menjadi satu dengan Tuhan (‘ain al jama’). Sejak itulah
muncul karya –karya tentang tasawuf oleh para sufi pada masa itu seperti
al-muhasibi (w. 243 H.), al-Hakim al-Tirmidzi (w. 285 H.), dan al-Junaidi (w.
297 H.). Oleh karena itu abad II Hijriyyah dapat dikatakan sebagai abad mula
tersusunnya ilmu tasawuf.
3.
Sejarah Singkat Tasawuf
Menurut
sejarah, orang yang pertama kali memakai kata “sufi” adalah Abu Hasyim al Kufi
(zahid Irak, w. 150). Sedangkan menurut Abdul Qosim Abdul Karim bin Hawazin bin
Abdul Malik bin Talha bin Muhammad al Qusyairi (tokoh sufi dari Iran 376-465
H), istilah ”tasawuf” telah dikenal sebelum tahun 200 H. Tetapi ajaran pokok
yang selanjutnya merupakan inti tasawuf itu baru muncul secara lengkap pada
abad ke 3 Hijriyah. Pada abad ke 2 Hijriyah itu itu belum diketahui adanya
orang-orang yang disebut sufi; yang terlihat adalah aliran Zuhud (penganutnya
disebut zahid).
Seperti
diketahui dalam sejarah, para zahid besar dalam abad ke 2 H. (seperti al Hasan
al Basri, abu Hasyim al Kufi, Sufyan as Sauri, Fudail bin Iyad, Rabi’ah al
Adawiyah dan Makruf al Karkhi) dan lebih-lebih lagi mereka yang hidup pada
abad2-abad berikutnya (eperti al Bistaami, al Halaj, Junaid al Bagdadi, al
Harawi, al Gazali, Ibn Sab’in, Ibni Arabi, abu al Farid, Jalaluddin ar Rumi)
telah mengolah atau mengembangkan sikap atau emosi agamadalam hati mereka
dengan kesungguhan yang luar biasa. Sebelum munculnya Ar Rabbi’ah al Adawiyah
(w.185 H) tujuan tasawuf yang diupayakan oleh para zahid menurut penilaian para
ahli, tidak lain dari terciptanya kehidupan yang diridhai oleh Tuhan didunia
ini, sehingga di akhirat terlepas dari azab Tuhan (neraka) dan memperoleh
surga-Nya.
Untuk
tiba pada identifikasi akhir tasawuf denga thariqah, yang kita ketahui terjadi
pada abad ke 3 H, kita harus meneliti apa yang sebenarnya terjadi dalam tradisi
Islam yang mengakibatkan timbulnya tasawuf. Ada sejumlah peristiwa yang
berlangsung pada masa itu, yang kesemuanya membuat tasawuf mengemuka : 1)
kecenderungan mencampuradukan asketisme dengan jalan itu; 2) semakin mantapnya
aliran-aliran yurisprudensi eksetorik; 3) pernyataan-pernyataan kaum syi’ah mengenai
para imam; 4) munculnya filsafat Islam; 5) meningkatnya formalism ahli-ahli
hokum; dan 6) tuntutan untuk memastikan bahwa pesan integral dari wahyu, sejak
saat itu dikaitkan dengan tasawuf. Jika diperhatikan keenam hal tersebut,
kelihatan kaitan erat dengan kemunculan tasawuf.
Tasawuf
yang sering kita temui dalam khazanah dunia islam, dari segi sumber
perkembangannya, ternyata muncullah pro dan kontra, baik dikalangan muslim
maupun dikalangan non muslim. Mereka yang kontra menganggap bahwa tasawuf islam
merupakan sebuah faham yang bersumber dari agama-agama lain. Pandangan ini
kebanyakan diwakili oleh para orientalis dan orang-orang yang banyak
terpengaruh oleh kalangan orientalis ini.
Dengan
tidak bermaksud untuk tidak melibatkan diri pada persoalan pro dan kontra itu,
dalam tulisan ini, kami akan mempertengahkan paham tasawuf dalam tinjauan yang
lebih universal karena tentang asal usul atau ajaran tasawuf, kini semakin
banyak orang menelitinya. Kesimpulannya perbedaan paham itu disebabkan pada
asal usul tasawuf tersebut. Sebagian beranggapan bahwa tasawuf berasal dari
masehi (Kristen), sebagian lagi mengatakan dari unsur Hindu-Budha, Persia,
Yunani, Arab, dan sebagainya. Untuk itulah, kami akan menguraikan asal usul
tasawuf dalam konteks kebudayaan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk melihat
apakah tasawuf yang ada di dunia islam terpengaruhi dengan konteks kebudayaan
tersebut atau tidak.
1.
Unsur Nasrani (Kristen)
Bagi mereka yang berbbanggpan bahwa
tasawuf berasal dari unsur Nasrani, mendasarkan argumennya pada dua hal.
Pertama, adanya interaksi antara orang Arabdan kaum Nasrani pada masa jahiliyah
maupun zaman islam. Kedua adanya segi-segi kesamaan antara kehidupan para
asketis atau sufi dalam hal ajaran cara mereka melatih jiwa dan
mengasingkan diri dengan kehidupan Al-masih dan ajaran-ajarannya, serta dengan
para rahib ketika sembahyang dan berpakaian.
2.
Unsur Hindu Budha
Tasawuf dan system kepercayaan
agama Hindu memiliki persamaan, seperti sikap fakir. Darwis Al-Birawi mencatat
adanya persamaan cara ibadah dan mujahadah pada tasawuf dan ajaran hindu.
Demikian juga pada paham reinkarnasi, cara pelepasan dari dunia versi
Hindu-Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah.
3.
Unsur Yunani
Kebudayaan Yunani seperti Filsafat,
telah masuk ke dunia islam pada akhir Daulah Amawiyah dan puncaknya pada masa
Daulah Abbasiyah ketika berlangsung zaman penerjemahan filsafat Yunani.
4.
Unsur Persia dan Arab
Sebenarnya Arab dan Persia memiliki
hubungan sejak lama, yaitu pada bidang politik, pemikiran, kemasyarakatan dan
sastra. Namun belum ditemukan argumentasi kuat yang menyatakan bahwa kehidupan
kerohanian Arab masuk ke Persia hingga orang-orang Persia itu terkenal sebagai
ahli-ahli tasawuf. Barangkali ada persamaan antara istilah zuhud di Arab dengan
zuhud menurut agama manu dan mazdaq; antara istilah hakikat Muhammad dan paham
Hormuz dalam agama zarathustra.
4.
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan
Tasawuf Dalam Islam
1.
Pertumbuhan Tasawuf
Jauh sebelum lahirnya agama islam,
memang sudah ada ahli Mistik yang menghabiskan masa hidupnya dengan mendekatkan
diri kepada Tuhan-Nya; antara lain terdapat pada India Kuno yang beragam Hindu
maupun Budha. Orang-orang mistik tersebut dinamakan Gymnosophists oleh penulis
barat dan disebut al-hukama’ul uroh oleh penulis Arab. Yang dapay diartikan
sebagai orang-orang bijaksana yang berpakaian terbuka. Hal tersebut
dimaksudkan, karena ahli-ahli mistik orang-orang India selalu berpakaian dengan
menutup separuh badannya.
Selanjutnya dapat dikemukakan
beberapa nash yang mengandung ajaran tasawuf yaitu:
a.
Nash-nash al-qur’an, antara
lain QS; Al-Ahzab ayat 41-42 yang artinya: : Hai orang-orang yang beriman
berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya di
waktu pagi dan petang”.
b.
Nash-nash hadits yang
antara lain artinya berbunyi;” Bersabda Rosulullah saw: takutilah firasat
orang-orang mu’min, karena ia dapat memandang dengan nur (petunjuk Allah).
H.R.Bukhary yang bersumber dari Abi Sa’id Al-Khudriyyi.
Kehidupan Rosulullah saw yang menggambarkan kehidupan sebagai sufi yang
sangat sederhana, karena beliau menjauhkan dirinya dari kehidupan mewah, yang
sebenarnya merupakan amalan zuhud dalam ajaran Tasawuf.
2.
Perkembangan Tasawuf
1.
Pada abad pertama dan kedua Hijriyah
a.
Perkembangan tasawuf pada
masa sahabat
Para sahabat juga mencontohi
kehidupan rosulullah yang serba sederhana, dimana hidupnya hanya semata-mata
diabdikan kepada tuhannya.
Beberapa sahabat yang tergolong
sufi di abad pertama, dan berfungsi sebagai maha guru bagi pendatang dari luar
kota Madinah, yang tertarik kepada kehidupan shufi, para sahabat-sahabat
tersebut antara lain, Khulafaurrasyidin, Salman Al-Farisiy, Abu Dzarr
Al-Ghifary, dll.
b.
Perkembangan tasawuf pada masa tabi’in
Ulama-ulama sufi dari kalangan
tabi’in adalah murid dari ulama-ulama sufi dari kalangan shahabat. Kalau
berbicara tasawuf dan perkembangannya pada abad pertama, dengan mengemukakan
tokoh-tokohnya dari kalangan shahabat, maka pembicaraan perkembangan tasawuf
pada abad kedua dengan tokoh-tokohnya pula. Tokoh-tokoh ulama sufi Tabi’in
antara lain, Al-Hasan Al-Bashry,Rabi’ah Al-Adawiyah, Sufyaan bin sa’id
Ats-Tsaury, Daud Ath-Thaaiy, dll.
2.
Pada abad ketiga dan
keempat hijriyyah.
a.
Perkembangan tasawuf pada
abad ketiga hijriyyah
Pada abad ini perkembangan tasawuf
pesat, hal ini ditandai dengan adanya segolongan ahli tasawuf yang mencoba
menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang pada masa itu, sehingga mereka
membaginya ke dalam tiga macam, yakni; Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa, ilmu
akhlaq dan Metafisika. Tokoh-tokoh sufi pada masa ini diantaranya; Abu Sulaiman
Ad-Daaraany, Ahmad bin Al-Hawaary Ad-Damasqiy, Abul Faidh Dzuun Nun bin Ibrahim
Al-Mishry, dll.
b.
Perkembangan tasawuf pada
abad ke empat hijriyyah
Pada abad ini ditamdai dengan
kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan kemajuannya di abad
ketiga hijriyyah, karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan
ajaran tasawufnya masing-masing. Tokoh-tokoh sufinya antara lain Musa
Al-Anshaary, Abu Hamid bin Muhammad, Abu Zaid Al-Adamy, Abu Ali Muhammad bin
Abdil Wahhab, dll.
3.
Pada abad kelima hijriyyah
Disamping adanya pertentangan yang
turun temurun antara Ulama sufi dengan ulama Fiqih, maka pada abad kelima ini,
keadaan semakin rawan ketika berkembangnya mahzab Syi’ah ismaa’iliyah; yaitu
suatu mahzab yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keturunan
Ali bin Abi Thalib. Karena menganggapnya bahwa dunia ini harus diatur oleh
imam, karena dialah yang langsung menerima petunjuk dari Rosulullah saw.
Menurut mereka ada 12 imam yang
berhak mengatur dunia ini yang disebut sebagai imam mahdi, yang akan mmenjelma
ke dunia dengan membawa keadilan dan memurnikan agama islam. Kedua belas imam
itu adalah:
-
Ali bin Abi Thalib
-
Hasan bin Ali
-
Husein bin Ali
-
Ali bin Husein
-
Muhammad Al-Baakir bin Ali
bin Husein
-
Ja’far shadiq bin Muhammad
Al Baakir
-
Musa Al-Kazhim bin Ja’far
Shadiq
-
Ali Ridhaa bin Kazhim
-
Muhammad Jawwad bin Ali
Ridha
-
Ali Al-Haadi bin Jawwaad
-
Hasan Askary bin Al-Haadi
-
Muhammad bin Hasan Al-Mahdi
4.
Pada abad keenam, ketujuh
dan kedelapan Hijriyyah
1.
Perkembangan tasawuf pada
abad keenam Hijriyyah; abad ini suasana kemelut antar ulama syariat dengan
ulama Tasawuf memburuk, karena dihidupkannya lagi pemikiran-pemikiran
al-Huluul, Widatul wujud dan Widatul Adyan oleh kebanyakan ulama Tasawuf. para
ulama yang sangat berpengaruh pada zaman ini adalah Syihabuddin Abul Futu
As-Suhrawardy, Al-Ghaznawy,
2.
Perkembangan tasawuf pada
abad ketujuh Hijriyyah; pada abad ini tercatat dalam sejarah bahwa masa
menurunnya gaerah masyarakat Islam untuk mempelajari Tasawuf karena :
a.
Semakin gencarnya serangan
ulama syariat memerangi ahli Tasawuf, yang diiringi dengan serangan golongan
Syiah yang menekuni ilmu kalam dan fiqih
b.
Adanya tekat penguasa pada
masa itu untuk melenyapkan ajaran Tasawuf di dunia Islam karena dianggap
kegiatan itu menjadi sumber perpecahan umat Islam. ada beberapa ahli
tasawuf yang berpengaruh di abad ini diantaranya; Umar Abdul Faridh, Ibnu
Sabi’iin, Jalaluddin Ar-Ruumy, dll.
5. Perkembangan
Tasawuf pada abad kedelapan Hijriyyah
Perkembangan Tasawuf abad ini tidak
terdengar perkembangannya dan pemikiran baru dalam Tasawuf, meskipun banyak
pengarang kaum shufi yang mengemukakan pemikiran tentang ilmu Tasawuf, namun
kurang mendapat perhatian sungguh-sungguh dari umat Islam. Sehingga nasib
ajaran Tasawuf hampir sama dengan abad ketujuh.
6. Pada abad
kesembilan, kesepuluh Hijriyyah dan sesudahnya.
Dalam beberapa abad ini,
betul-betul ajaran tasawuf sangat sunyi di dunia islam, artinya nasibnya lebih
buruk lagi dari keadaannya pada abad keenam, ketujuh dan kedelapan Hijriyyah.
Factor yang menyebabkan runtuhnya ajaran tasawuf ini antara lain; ahli tasawuf
sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat islam. Serta adanya
penjajah bangsa eropa yang beragama Nasrani ynag menguasai seluruh negeri
islam.
5.
Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf
Praktik
- praktik tasawuf dimulai dari pusat kelahiran dan penyiaran agama Islam yaitu
Makkah dan Madinah, jika kita lihat dari domisili tokoh-tokoh perintis yang
disebutkan di atas. Pertumbuhan dan perkembangan tasawuf di dunia Islam dapat
dikelompokan ke dalam beberapa tahap :
1.
Tahap Zuhud
Zuhud menurut para ahli sejarah
tasawuf adalah fase yang mendahului tasawuf. Menurut Harun Nasution, station
yang terpenting bagi seorang calon sufi ialah zuhd yaitu keadaan meninggalkan
dunia dan hidup kematerian. Sebelum menjadi sufi, seorang calon harus terlebih
dahulu menjadi zahid. Sesudah menjadi zahid, barulah ia meningkat menjadi sufi.
Dengan demikian tiap sufi ialah zahid, tetapi sebaliknya tidak setiap zahid
merupakan sufi
2.
Tahap Tasawuf Falsafi (Abad
ke 6 H)
Pada tahap ini, tasawuf falsafi
merupakan perpaduan antara pencapaian pencerahan mistikal dan pemaparan secara
rasional-filosofis. Ibn Arabi merupakan tokoh utama aliran ini, disamping juga
Al Qunawi, muridnya. Sebagian ahli juga memasukan Al Hallaj dan Abu (Ba) Yazid
Al Busthami dalam aliran ini. Aliran ini kadang disebut juga dengan Irfan
(Gnostisisme) karena orientasinya pada pengetahuan (ma'rifah atau gnosis)
tentang Tuhan dan hakikat segala sesuatu.
3.
Tahap Tarekat (Abad ke 7
dan seterusnya)
Meskipun tarekat telah dikenal
sejak jauh sebelumnya, seperti tarekat Junaidiyyah yang didirikan oleh Abu Al
Qasim Al Juanid Al Baghdadi (w. 297 H) atau Nuriyyah yang didirikan oleh Abu
Hasan Ibn Muhammad Nuri (w. 295 H), baru pada masa-masa ini tarekat berkembang
dengan pesat.
Seperti tarekat Qadiriyyah yang
didirikan oleh Abdul Qadir Al Jilani (w. 561 H) dari Jilan (Wilayah Iran
sekarang); Tarekat Rifa'iyyah didirikan oleh Ahmad Rifai (w. 578 H) dan tarekat
Suhrawardiyyah yang didirikan oleh Abu Najib Al Suhrawardi (w. 563 H). Tarekat
Naqsabandiyah yang memiliki pengikut paling luas, tarekat ini sekarang telah
memiliki banyak variasi , pada mulanya didirikan di Bukhara oleh Muhammad
Bahauddin Al Uwaisi Al Bukhari Naqsyabandi.
6. Perkembangan Tasawuf Di Indonesia
Tersebarnya
ajaran tasawuf di Indonesia tercatat sejak masuknya agama islam di Negara ini.
Ketika pedagang-pedagang muslim mengislamkan orang-orang Indonesia, tidak hanya
menggunakan pendekatan bisnis, tetapi juga mengguanakan pendekatan tasawuf.
1.
Perkembangan Tasawuf di
pulau Jawa
Penyebaran ajaran Islam dipulau
Jawa adalah Wali songo dengan menggunakan pendekatan mistik, yang didalamnya
diisi dengan ajaran Tasawuf. Mereka dalam menentukan taktik dan srategi,
mula-mula dalam menyebarkan dakwahnya melalui pendekatan mistik atau Tasawuf
unr\tuk mengislamkan masyarakat di pulau Jawa karena dilatar belakangi oleh
kepercayaan agama Hindu Budha yang berinti ajarannya adalah mistik. Pendekatan
tahap ini tidak memperketat kemurnian ajaran Islam, karena merupakan suatu
taktik dan strategi dakwahnya tetapi tahap selanjutnya baru dilakukan pemurnian
ajaran Islam.dalam perkembangan Tasawuf di pulau Jawa dimana mereka dihadapkan
dua ailran Tasawuf yang bertentangan yaitu aliran Sunni atau salaf dan alira
Falsafati. Aliran Sunni dikembangkan oleh masyarakat Muslim dengan tidak
meninggalkan unsur-unsur keIslaman.
2.
Perkembangan Tasawuf di
sumatera
Ulama-ulama yang berpengaruh di
sunatera yaitu
a.
Syeh Hamzah Pansuri, beliau
salah satu penyebab ajaran Tasawuf dapat dikenal oleh orang banyak, karena
kemampuannya membuat karya tulis yang bermutu tinggi; baik prosaya merupakan
buku yang menguasai syair-syair maupun prosa yang berintikan ajaran Tasawuf.
b.
Syeh Syamsudin bin Abdillah
as-Sumatrany, beliau belajar ilmu Tasawuf pada syeh hamzah pansuri di Sunan
Bonang. Dia lebih giat menulis buku Tasawuf dari pada gurunya dan
keberhasilannya karena ditunjang oleh dana yang memadai.
3.
Perkembangan Tasawuf
dikalimantan
Salah seorang shufi’ yang terkemuka
di Kalimantan barat adalah syeh Ahmad Khatib as-Syambasih, beliau banyak
berguru kepada Ulama shufi yang berkainan aliran dengannya. Sehingga segala
macam tarekat memasukinya dan sempat menguasai seluk beluk tarekat tersebut
karena ketekunannya berlajar dan cita-citanya untuk menguasai berbagai aliran
ilmu Tasawuf maka banyak ulama Tasawuf yang menimba ilmu kepadanya.
4.
Perkembangan Tasawuf di
pulau Sulawesi
Ajaran Tasawuf dipulau ini bercorak
sunni dam falsafati Karena kebanyakan penganut Tasawuf falsafati mencampur baurkan
ajaran Tasawuf dengan ilmu hitam. Sehingga semakin membingungkan masyarakat
awam, hal ini yang membuat masyarakat kurang minat belajar Tasawuf. Namun
berkat kemampuan karomah yang dimiliki oleh ulama yang bernama Syeh Yusuf Tajul
Khalwati al-Makassary yang ajaran Tasawufnya beraliran sunni dapat mengajarkan
ilmunya kepada masyarakat meskipun ia sendiri masih merasakan kekurangan ilmu.
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan
Tasawuf Islam dilatar belakangi oleh kegiatan mistik yang berkembang pada saat
itu, yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan perkembangan Tasawuf
dimulai pada masa sahabat sampai pada abad ke empat hijriyah mengalami
perkembangna yang pesat, sehingga pada abad ke tiga dan keempat hijriyah ajaran
Tasawuf dibagi menjagi tiga macam yaitu:
1.
Tasawuf yang berintikan
ilmu jiwa
2.
Tasawuf yang berintikan
ilmu Akhlak
3.
Tasawuf yang berintikan
ilmu metafisika.
Sedangkan pada
abad kelima hijriyah sampai selanjutnya mengalami penurunan.
Zuhud adalah fase yang mendahului tasawuf. Zuhud disini berarti tidak
merasa bangga atas kemewahan dunia yang telah ada ditangan, dan tidak merasa
bersedih karena hilangnya kemewahan itu dari tangannya.
Munculnya aliran –aliran zuhud pada abad I dan II H sebagai reaksi
terhadap hidup mewah khalifah dan keluarga serta pembesar – pembesar negara
sebagai akibat dari kekayaan yang diperoleh setelah Islam meluas ke Syiria,
Mesir, Mesopotamia dan Persia. Orang melihat perbedaan besar antara hidup
sederhana dari Rasul serta para sahabat.
Pada akhir abad ke II Hijriyyah peralihan dari zuhud ke tasawuf sudah
mulai tampak. Pada masa ini juga muncul analisis –analisis singkat tentang
kesufian. Meskipun demikian,menurut Nicholson,untuk membedakan antara kezuhudan
dan kesufian sulit dilakukan karena umumnya para tokoh kerohanian pada masa ini
adalah orang – orang zuhud. Oleh sebab itu menurut at-taftazani,mereka lebih
layak dinamai zahid daripadasebagai sufi.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi Mukhtar, 2009 Memahami Ilmu Tasawuf, Jogjakarta : Aura
Media.
M. Fauzi Hajjaj, 2011 Tasawuf Islam Dan Akhlak, Jakarta :
Amzah.
Syukur Amin, Tasawuf kontekstual yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Amin,samsul munir.Ilmu tasawuf.2012.jakarta: Amzah.
PENGERTIAN DAN MANFAAT MEMPELAJARI AKHLAK TASAWWUF,
zhebaulil.blogspot.com/diunduh 08
maret 2015.
http://mazguru.wordpress.com/2009/01/25/sejarah-perkembangan-tasawuf/diunduh
08 maret 2015
http://atin.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/09/10/materi-akhlak-tasawuf/diunduh
08 maret 2015