Kata Pengantar
Alhamdulillahirobbil’alamin, atas kuasa Allah yang memberikan
kesempatan-Nya kepada kami untuk menyelesaikan makalah Filsafat Ilmu
yang berjudul “SEJARAH ILMU PENGETAHUAN” selesai pada waktunya. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini, terkhusus kepada dosen pengampu Lathifatul Izzah M.Ag Yang telah memberi
arahan, bimbingan serta motivasi.
Makalah ini tersaji dalam
tiga bab, yaitu bab satu berisi tentang pedahuluan, bab dua berisi
tentangi pembahasan dari makalah ini, dan bab tiga berisi tentang
kesimpulanya. Semoga dengan makalah ini
pembaca dapat mengetahui tentang apa itu emosi dan apa itu perasaan, juga
hubungan antara keduanya. Penulis menyadari,
dengan adanya berbagai macam pandangan yang ada dari pembaca, maka tanggapan
ataupun saran dan kritik itulah yang kami tunggu .
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan pada
dasarnya mengikuti perkembangan pemikiran dari para filsuf di mana induk dari
pengetahuannya pun berasal dari filsafat. Puncak pemahaman tentang
kejadian-kejadian di muka bumi, yang merupakan suatu cikal bakal dari ilmu pengetahuan,
terjadi pada masa Yunani kuno. Kebudayaan Yunani pada masa itu dengan mitologi
tentang dewa-dewa yang dimilikinya, memunculkan sifat ingin tahu dan rasa
penasaran untuk mengetahui rahasia alam. Diawali dengan usaha-usaha untuk
mengenali gejala-gejala alam yang terjadi dimuka bumi, maka fisuf-filsuf Yunani
kuno mengembangkan filsafat alam, suatu kajian pemikiran mengenai sebab-sebab
hadirnya atau asal usul alam semesta. Kemudian pada zaman
pertengahan (Middle Age) ditandai dengan tampilnya para theology di
lapangan ilmu pengetahuan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa pra yunani kuno?
2.
Bagaimana
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa yunani kuno?
3.
Bagaimana
perkembangan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan?
C.
Tujuan masalah
Mengetahui sejarah ilmu pengetahuan pra yunanai kuno, yunani kuno
dan abad pertengahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Sejarah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Zaman Pra-Yunani Kuno (Abad XV-VII SM)
Zaman
Pra Yunani Kuno dimulai sebelum abad ke lima belas sebelum masehi kuno, yaitu
ketika manusia belum pernah mengenal peralatan seperti yang dipakai sekarang.
Ketika itu manusia masih menggunkan peralatan yang terbuat dari batu. Zaman
batu berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun SM. Sisa perabadan
manusia yang ditemukan pada masa ini diantaranya sebagai berikut:
1.
Alat-alat dari batu
2.
Tulang belulang hewan
3.
Sisa-sisa beberapa tanaman
4.
Gambar-gambar di gua
5.
Tempat-tempat penguburan
6.
Tulang belulang manusia purba.
Pada
zaman ini, manusia menggunakan batu sebagai peralatan karena ditemukan
alat-alat yang bentuknya mirip satu sama lain (misalnya kapak sebagai alat
pemotong dan pembelah, tulang menyerupai jarum untuk menjahit). Hal ini
menandakan bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya mampu berkreasi. Benda-benda
yang digunakan manusia mengalami perbaikan dan perkembangan karena manusia
melakukan dan mengalami proses trial and error. Proses ini cukup memakan
waktu yang lama dan dengan melalui proses ini manusia melakukan seleksi pada
alat-alat yang digunakan sehingga manusia menemukan alat yang dianggap lebih
baik atau lebih kuat untuk digunakan membuat peralatan tertentu yang nantinya
akan membantu mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Antara abad 15 SM sampai
abad 6 SM manusia sudah menemukan besi, tembaga, perak untuk peralatan.
Peralatan besi pertama kali digunakan di Irak, bukan di Eropa atau Tiongkok
pada abad 15 SM.
Pada
masa ini kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one to one correspondency
atau mapping process. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk
dan keluar kandang dengan kerikil. Jadi serupa halnya anak-anak yang belajar
berhitung dengan menggunakan jari-jari tangan dan kakinya. Pada masa ini
manusia sudah memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam.
Lama kelamaan manusia mulai memperhatikan dan menemukan hal-hal sebagai
berikut.
1.
Gugusan bintang di langit sebagai suatu
kesatuan. Kemudian gugusan ini diberikan nama dan sekarang merupakan nama-nama
zodiak.
2.
Kedudukan matahari dan bulan pada waktu terbit
dan tenggelam, bergerak dalam rangka zodiak tersebut
3.
Setelah itu dikenal pula bintang yang bergerak
di antara gugusan yang sudah dikenal tadi. Sehingga ditemukan planet-planet.
4.
Dapat menghitung waktu bulan kembali pada
bentuknya yang sama antara 28-29 hari.
5.
Waktu timbul dan tenggelamnya matahari di
cakrawala yang berpindah-pindah dan memerlukan 365 hari sebelum kembali ke
kedudukan semula.
6.
Saat matahari diketahui timbul tenggelam
sebanyak 365 kali, bulan juga mengalami perubahan sebanyak 12 kali. Berdasarkan
hal itu di temukan perhitungan kalender.
7.
Ditemukan beberapa gejala alam, seperti gerhana
yang pada masa itu masih dihubungkan dengan mitologi-mitologi tertentu sehingga
menakutkan orang banyak.
B.
Sejarah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Yunani Kuno (Abad VII-II SM)
Zaman
yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani
pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat karena bangsa yunani
pada masa ini tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga
tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(sikap menerima begitu saja) melainkan menumbuhkan sikap an inquiring
attitude ( sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap
tersebut merupakan cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern.
Filsafat
Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah perabadan manusia karena
pada waktu ini pola pikir masyarakat masih mengandalkan mitos untuk menjelaskan
fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap
fenomena alam biasa, tetapi dewa bumi yang sedang mengoyangkan kepalanya.
Tetapi ketika filsafat di diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi
dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara
kausalitas. Perubahan pola pikir tersebut terlihat sederhana tetapi
implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi
kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi
fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek
penelitian dan pengkajian. Periode perkembangan filsafat yunani merupakan entri
poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.
Bangsa
Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa tokoh yang
yang terkenal pada masa ini antara lain Thales, Phytagoras, Sokrates,
Leucippus, Plato dan Aristoteles.
1.
Thales (624-548 SM)
Thales adalah
filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal usul alam. Thales digelari
Bapak Filsafat karena dia adalah orang yang mula-mula berfilsafat dan
mempertanyakan “ apa sebenarnya asal usul alam semesta itu?”. Pertanyaan ini
dijawab oleh Thales dengan pendekatan rasional bukan dengan pendekatan mitos
atau kepercayaan. Menurut Thales asal alam semesta itu adalah air, karena tidak
ada kehidupan tanpa air. Air merupakan unsur penting bagi setiap makhluk hidup,
air dapat berubah menjadi benda gas, seperti uap dan benda padat seperti
es, dan bumi ini juga berada diatas air.
2.
Socrates (470-399 SM)
Socrates
berpendapat bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan tidak dapat dipisahkan
antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dasar dari segala
penelitian dan pembahasan adalah pengujian diri sendiri. Bagi Socrates,
pengetahuan yang sangat berharga adalah pengetahuan diri sendiri. Socrates
tidak pernah meninggalkan tulisan, tetapi pemikirannya dikenal melalui
dialog-dialog yang ditulis oleh muridnya Plato. Metode Socrates dikenal sebagai
Maieutike Tekhne (ilmu kebidanan), yaitu suatu metode dialektika yang
melahirkan kebenaran.
Socrates
selalu mendatangi orang yang dia pandang memiliki otoritas keilmuan dengan
bidangnya untuk berdiskusi tentang pengertian-pengertian tertentu. Socrates
lebih mementingkan metode dialektika itu sendiri daripada hasil yang diperoleh.
Jadi meskipun Socrates tidak meninggalkan teori-teori ilmu tertentu, tetapi ia
meninggalkan sikap kritis melalui metode dialektika yang akan berkembang dalam
dunia ilmu pengetahuan modern.
3.
Aristoteles (384-322 SM)
Puncak
kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles. Aristoteles adalah
murid Plato, seorang filosof yang berhasil menemukan pemecahan
persoalan-persolan besar filsafat yang dipersatukan dalam satu sistem yaitu
logika, matematika, fisika, dan metafisika. Ia meneruskan sekaligus menolak
pandangan Plato. Ajaran Aristoteles paling tidak dapat diklasifikasi ke dalam
tiga bidang, yaitu metafisika, logika, dan biologi.
a.
Metafisika
Pandangan
Aristoteles tentang metafisika berbeda dengan pandangan Plato. Ia menolak
pandangan Plato tentang ide-ide. Aristoteles lebih mendasarkan filsafatnya pada
realitas itu sendiri. Kenyataan bagi Aristoteles adalah hal konkret. Ide umum,
seperti manusia, pohon, dan lain-lain, seperti yang dikatakan Plato, tidak
terdapat dalam kenyataan konkret (Bertens, 1989: 14). Aristoteles mengatakan
bahwa hal terpenting dalam pengetahuan objektif adalah menemukan penjelasan
tentang sebab dan asal mula atau prinsip pertama dari segala sesuatu (White,
1987: 31). Aristoteles membahas metafisika, istilah metafisika itu sendiri baru
diperkenalkan oleh Andronikus ketika mengelompokan ajaran-ajaran Aristoteles,
sebagai filsafat pertama dan menganggapnya sebagai prinsip pertama yang
mendasari tugas ilmiah. Aristoteles ingin mengetahui jika semua hal ada dapat
dipertimbangkan, maka bukannya dalam berbagai segi kasus atau ilmiah, melainkan
ada dalam pengertian umum. Konsep self evidence di dalam filsafat
Aristoteles merupakan butir penting dalam pemahaman filsafat dan fungsi
metafisik. Apabila pada ajaran Plato pemahaman atas Forms, maka dalam
filsafat Aristoteles diarahkan pada kemampuan untuk menyusun batas-batas
penelitian dan menyelidiki suatu titik penyelesaian. Self Evidence merupakan
penjelasan atas materi tertentu yang tidak dicari pada sesuatu yang lain,
tetapi dapat ditemukan hanya di dalam pemikiran itu sendiri. Pembuktian dicari
pada sesuatu yang terkandung di dalam hal itu sendiri.
b.
Logika
Aristoteles
menyusun buku tentang logika untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan secara
valid. Logika Aristoteles didasarkan pada susunan pikir. Pada dasarnya
silogisme itu terdiri dari tiga pernyataan, yaitu premis mayor sebagai
pernyataan pertama yang mengemukakan hal umum yang telah diakui kebenarannya, premis
minor sebagai pernyataan kedua yang bersifat khusus dan lebih kecil
lingkupnya daripada premis mayor, dan kesimpulan atau konklusi yang ditarik
berdasarkan premis tersebut. Dengan demikian silogisme merupakan suatu bentuk
jalan pemikiran yang bersifat deduktif yang kebenarannya bersifat pasti.
Dengan menyusun
logika, Aristoteles telah memulai usaha yang sangat penting dalam ilmu
pengetahuan, yaitu sebagai sarana berpikir yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara umum.
c.
Biologi
Aristoteles
hanya dikenal sebagai filsuf, tetapi ia juga adalah seorang ilmuan kenamaan
pada zamannya. Salah satu bidang ilmu yang banyak mendapat perhatiannya adalah
biologi. Dalam embriologi, ia melakukan pengamatan (observasi) perkembangan
telur ayam sampai terbentuknya kepala ayam. Ia juga melakukan pemeriksaan
anatomi badan hewan, dan lain sebagainya. Aristoteles mementingkan aspek
pengamatan sebagai suatu sarana untuk membuktikan kebenaran suatu hal, terutama
dalam ilmu-ilmu empirik.
Aristoteles
yang pertama kali membagi filsafat pada hal yang teoritis dan praktis. Yang
teoritis mencangkup logika, metafisika, dan fisika, sedangkan yang praktis
mencangkup etika, ekonomi, dan politik. Pembagian ilmu inilah yang menjadi
pedoman juga bagi klasifikasi ilmu dikemudian hari. Aristoteles dianggap
sebagai bapak ilmu karena dia mampu meletakkan dasar-dasar dan metode ilmiah
secara sistematis.
Filsafat
Yunani yang rasional itu boleh dikatakan berakhir setelah Aristoteles
menuangkan pemikirannya. Akan tetapi sifat rasional itu masih digunakan selama
berabad-abad sesudahnya sampai sebelum filsafat benar-benar memasuki dan
tenggelam dalam Abad Pertengahan. Namun jelas, setelah periode ketiga filosof
besar itu mutu fisafat semakin merosot. Kemunduran filsafat itu sejalan dengan
kemunduran politik ketika itu, yaitu sejalan dengan terpecahnya kerajaan
Macedonia menjadi pecahan-pecahan kecil setelah wafatnya Alexsander The Great.
Tepatnya pada ujung zaman Helenisme, yaitu pada ujung sebelum masehi menjelang Neo
Platonisme, filsafat benar-benar mengalami kemunduran.
C.Perkembangan
Ilmu Pengetahuan pada Zaman Abad Pertengahan
Zaman
pertengahan (Middle Age) ditandai dengan tampilnya para theology di
lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuan pada masa ini hampir semua adalah para
theology sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung
kebenaran agama. Semboyan yang berlaku pada masa ini adalah Ancilla
Theologia yang berarti abdi agama. Namun, banyak pula temuan dalam
bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.
Filsafat
abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan
pemikiran dunia kuno. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang
baru di tengah-tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa
Barat. Filsafat yang baru ini disebut Skolastik. Abad pertengahan selalu
dibahas sebagai zaman yang khas akan pemikiran Eropa yang berkembang pada abad
tersebut dan menjadikan suatu kendala yang disesuaikan dengan ajaran agama.
Dalam agama Kristen, pada abad pertengahan tentu saja ada kecerdasan logis yang
mendukung iman religius. Namun iman tidak sama sekali disamakan dengan mistisisme.
Perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa ini, misalnya pada peradaban dunia Islam, terutama
pada zaman Bani Umayyah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada
abad VII Masehi, 8 abad sebelum Galileo Galilei dan Coppernicus. Sedangkan kebudayaan
Islam yang menaklukkan Persia pada abad VIII Masehi telah mendirikan sekolah
Kedokteran dan Astronomi di Jundishapur. Pada zaman keemasan kebudayaan Islam
dilakukan penerjemahan berbagai karya Yunani. Bahkan Khalifah Al-Makmun telah
mendirikan Rumah Kebijaksanaan (House of Wisdom) pada abad IX Masehi.
Al-Khawarizmi
menyusun buku Aljabar pada tahu 825 M. Kemudian menjadi buku standar beberapa
abad lamanya di Eropa. Ia juga menulis buku tentang perhitungan biasa (Arithmetics)
yang menjadi pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa untuk menggantikan
tulisan Romawi.
Omar
Khayan (1043-1132 M), seorang penyair, ahli perbintangan dan ahli matematika
telah menemukan pemecahan persamaan pangkat tiga. Namun pemecahannya
berdasarkan planemetri dan potongan-potongan kerucut. Ia juga menemukan soal
matematika yang belum terpecahkan sampai sekarang yaitu bilangan A3
ditambah B3 tidak mungkin sama dengan bilangan C3.
Sekitar
tahun 600-700 M obor kemajuan ilmu pengetahuan berada di peradaban dunia Islam.
Dalam dunia kedokteran muncul nama-nama terkenal seperti Al-Razi (850-923 M)
dan Ibnu Sina. Rhazas mengarang suatu Ensiklopedia Ilmu Kedokteran dengan judul
Continens, Ibnu Sina telah menulis buku-buku kedokteran (Al-Qanun) yang menjadi
buku standar dalam ilmu kedokteran di Eropa. Abu’l Qasim menulis ensiklopedi
kedokteran, yang antara lain menelaah ilmu bedah, serta peralatan yang dipakai
pada masa itu. Ibnu Rushd (1126-1198) seorang ahli kedokteran yang
menerjemahkan dan mengomentari karya-karya Aristoteles. Al Idris (1100-1166)
telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu untuk disampaikan
kepada Raja Roger II dari kerajaan Sicilia. Pada zaman itu bangsa Arab juga
menjadi pemimpin di bidang ilmu alam. Istilah zenith, nadir dan azimuth membuktikan
hal itu. Angka yang masih dipakai sampai sekarang yang berasal dari India,
telah dimasukkan ke Eropa oleh bangsa Arab.
Sumbangan
sarjana Islam dapat diklasifikasikan dalam tiga bidang yaitu:
1.
Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan
menyebarluaskannya sedemikian rupa sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti
sekarang ini.
2.
Memperluas pengamatan dalam lapangan Ilmu
Kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu
tumbuh-tumbuhan.
3.
Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar
aljabar.
Perhubungan
antara Timur dan Barat selama Perang Sabil sangat penting untuk perkembangan
kebudayaan Eropa karena pada waktu ekspansi bangsa Arab telah mengambil alih
kebudayaan Byzantium, Persia, dan Spanyol sehingga tingkat kebudayaan Islam
jauh lebih tinggi daripada kebudayaan Eropa (Brouwer, 1982 :41). Universitas
Bagdad, Damsyik, Beirut dan Kairo menyimpan dan meneruskan Filsafat Yunani dari
orang Arab. Hal itu disebabkan bangsa Arab telah menterjemahkan karya-karya
filsuf termashur, seperti Plato, Hippokrates, dan Aristoteles.
Sekitar
abad XIV pada zaman Dinasti Yuan (1260-1368) pengaruh Islam di Cina ditandai
oleh seorang peneliti pertama bidang astronomi yang mendirikan observatorium
yaitu Jamal Al-Din. Arsitek kenamaan Islam, Ikhtiar Al-Din yang merancang
pembangunan istana raja di laut utara Beijing.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan materi diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Zaman Pra Yunani Kuno dimulai sebelum abad ke
lima belas sebelum masehi kuno, yaitu ketika manusia belum pernah mengenal
peralatan seperti yang dipakai sekarang. Ketika itu manusia masih menggunkan
peralatan yang terbuat dari batu. Zaman batu berkisar antara empat juta tahun
sampai 20.000 tahun SM.
2.
Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman
keemasan filsafat karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai
gudang ilmu dan filsafat karena bangsa yunani pada masa ini tidak lagi
mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu
saja) melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude ( sikap yang
senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap tersebut merupakan cikal bakal
tumbuhnya ilmu pengetahuan modern.
3.
Zaman pertengahan (Middle Age) ditandai
dengan tampilnya para theology di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuan
pada masa ini hampir semua adalah para theology sehingga aktivitas ilmiah
terkait dengan aktivitas keagamaan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang
berlaku pada masa ini adalah Ancilla Theologia yang berarti abdi
agama. Namun, banyak pula temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar,
A. 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Bertens,
Kees. 1998, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius.
Siswomihardjo,
K. ,dkk. 1997. Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
Klaten : Intan Pariwara.